Kamis, 26 Maret 2015

PERNYATAAN SIKAP ALIANSI MAHASISWA JOGJA PEDULI REMBANG (AMJ-PR)


Aksi Petani Rembang dan Mahasiswa di UGM
(Jumat, 20 Maret 2015)
Selain Grobogan dan Pati di Jawa Tengah, Rembang adalah salah satu bagian tak terpisahkan dari Pegunungan Kendeng. Daerah Pegunungan Kendeng termasuk area pegunungan karst yang menyimpan banyak sumber mata air. Air di sini mempunyai peran vital, karena mampu memberi penghidupan kepada warga sekitar Pegunungan Kendeng yang sebagian besar adalah petani. Rencana pendirian pabrik semen di bumi Rembang akan berdampak buruk terhadap kehidupan petani disana, diantaranya adalah sumber mata air akan rusak, lahan pertanian semakin sempit, dan relasi sosial yang melekat dalam kultur masyarakat agraris akan hancur. Artinya, pembangunan pabrik semen di Rembang yang diklaim ingin memberi kesejahteraan, sebenarnya merupakan pengahancuran pertanian dan ancaman besar atas kedaulatan pangan di negeri ini. Apalagi, Jawa sendiri termasuk pulau terpadat penduduknya yang otomatis mempunyai kebutuhan pangan sangat tinggi.

Pendirian pabrik semen juga memicu risiko bencana banjir dan kekeringan. Bahkan abu yang dihasilkan pabrik semen dapat menurunkan hasil panen dan harga jual buah-buahan. Selain itu cagar budaya yang ada di sekitar Pegunungan Kendeng akan terancam jika pendirian pabrik tersebut benar berdiri. Mengingat efeknya yang mengerikan tersebut, jelaslah bahwa pembangunan semen ini sangat merugikan rakyat. Satu-satunya pihak yang diuntungkan adalah pemodal/kapitalis. Ironisnya, pemerintah seolah hanya mencari keuntungan tanpa memikirkan dampak kedepannya. Warga di sekitar area pembangunan pabrik semen pun tidak tinggal diam. Mereka melakukan penolakan dengan sangat masif. Ibu-ibu petani Rembang telah mendirikan tenda sederhana disekitar area pendirian pabrik, dan tinggal di sana kurang lebih selama 9 bulan lamanya.

Meskipun mendapat tindakan represif dari aparat mereka tetap bertahan. Para petani Rembang juga menggugat di Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) terkait izin tambang yang dikeluarkan pemerintah. Namun proses peradilan di PTUN ternodai dengan kesaksian ngawur dari saksi ahli dari Universitas Gajah Mada (UGM). Dua ilmuwan UGM telah menyeleweng karena rekomendasinya bisa merusak ekosistem Kendeng dan menghabisi sektor agraris disana.

Melihat komitmen ibu-ibu Rembang tersebut, Aliansi Mahasiswa Jogja Peduli Rembang (AMJPR) yang merupakan aliansi mahasiswa dari berbagai kampus, diantaranya UGM, UNY, UII, UIN, UMY, UAD, dan Atmajaya bergerak menjalin solidaritas dan menyuarakan persoalan tentang Rembang. AMJPR pun secara tegas menuntut kepada pemerintah untuk:
  1. Tarik alat berat dan batalkan pembangunan pabrik semen yang saat ini dipaksakan pendiriannya oleh PT. Semen Indonesia di Rembang.
  2.  Batalkan seluruh perizinan pertambangan yang ada di kawasan Pegunungan Kendeng, diantaranya Rembang, Blora, Grobogan, Pati, dan Kebumen.
  3. Tegakkan kedaulatan petani melalui kebijakan-kebijakan pro-pertanian.
  4.  Menuntut universitas dan akademisi bersikap pro-rakyat, bukan pro-pemodal tambang dan penguasa.
  5.  Hentikan seluruh kekerasan yang dilakukan aparat negara (TNI-Polri) dan preman-preman terhadap warga.