Aksi Petani Rembang dan Mahasiswa di UGM (Jumat, 20 Maret 2015) |
Selain Grobogan dan Pati di Jawa
Tengah, Rembang adalah salah satu bagian tak terpisahkan dari Pegunungan
Kendeng. Daerah Pegunungan Kendeng termasuk area pegunungan karst yang
menyimpan banyak sumber mata air. Air di sini mempunyai peran vital, karena mampu
memberi penghidupan kepada warga sekitar Pegunungan Kendeng yang sebagian besar
adalah petani. Rencana pendirian pabrik semen di bumi Rembang akan berdampak
buruk terhadap kehidupan petani disana, diantaranya adalah sumber mata air akan
rusak, lahan pertanian semakin sempit, dan relasi sosial yang melekat dalam
kultur masyarakat agraris akan hancur. Artinya, pembangunan pabrik semen di
Rembang yang diklaim ingin memberi kesejahteraan, sebenarnya merupakan
pengahancuran pertanian dan ancaman besar atas kedaulatan pangan di negeri ini.
Apalagi, Jawa sendiri termasuk pulau terpadat penduduknya yang otomatis
mempunyai kebutuhan pangan sangat tinggi.
Pendirian pabrik semen juga
memicu risiko bencana banjir dan kekeringan. Bahkan abu yang dihasilkan pabrik
semen dapat menurunkan hasil panen dan harga jual buah-buahan. Selain itu cagar
budaya yang ada di sekitar Pegunungan Kendeng akan terancam jika pendirian
pabrik tersebut benar berdiri. Mengingat efeknya yang mengerikan tersebut,
jelaslah bahwa pembangunan semen ini sangat merugikan rakyat. Satu-satunya
pihak yang diuntungkan adalah pemodal/kapitalis. Ironisnya, pemerintah seolah
hanya mencari keuntungan tanpa memikirkan dampak kedepannya. Warga di sekitar
area pembangunan pabrik semen pun tidak tinggal diam. Mereka melakukan
penolakan dengan sangat masif. Ibu-ibu petani Rembang telah mendirikan tenda
sederhana disekitar area pendirian pabrik, dan tinggal di sana kurang lebih
selama 9 bulan lamanya.
Meskipun mendapat tindakan
represif dari aparat mereka tetap bertahan. Para petani Rembang juga menggugat
di Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) terkait izin tambang yang dikeluarkan
pemerintah. Namun proses peradilan di PTUN ternodai dengan kesaksian ngawur
dari saksi ahli dari Universitas Gajah Mada (UGM). Dua ilmuwan UGM telah
menyeleweng karena rekomendasinya bisa merusak ekosistem Kendeng dan menghabisi
sektor agraris disana.
Melihat komitmen ibu-ibu Rembang
tersebut, Aliansi Mahasiswa Jogja Peduli Rembang (AMJPR) yang merupakan aliansi
mahasiswa dari berbagai kampus, diantaranya UGM, UNY, UII, UIN, UMY, UAD, dan
Atmajaya bergerak menjalin solidaritas dan menyuarakan persoalan tentang
Rembang. AMJPR pun secara tegas menuntut
kepada pemerintah untuk:
- Tarik alat berat dan batalkan pembangunan pabrik semen yang saat ini dipaksakan pendiriannya oleh PT. Semen Indonesia di Rembang.
- Batalkan seluruh perizinan pertambangan yang ada di kawasan Pegunungan Kendeng, diantaranya Rembang, Blora, Grobogan, Pati, dan Kebumen.
- Tegakkan kedaulatan petani melalui kebijakan-kebijakan pro-pertanian.
- Menuntut universitas dan akademisi bersikap pro-rakyat, bukan pro-pemodal tambang dan penguasa.
- Hentikan seluruh kekerasan yang dilakukan aparat negara (TNI-Polri) dan preman-preman terhadap warga.