Kamis, 26 Maret 2015

Diskusi dengan Camila Vallejo dan Noam Titelman

Kemarahan Baru Langkah Pertama 

Wawancara oleh : Zoltan Gluc;
Diterjemahkan ke bahasa Indonesia oleh : Budi Wardoyo

Pada tahun 2012, mobilisasi mahasiswa-pelajar terbesar sepanjang sejarah Chili mulai memanas. Camila Vallejo dan Noam Titelman, temasuk bagian yang paling aktif dalam pergerakan ini. Mereka merefleksikan strategi, taktik, mengatur stuktur, dan mengambil pelajaran dari bertahun tahun perjuangan tentang pendidikan.

Camila Vallejo dan Noam Titelman, dua pemimpin yang paling menonjol dari gelombang perlawanan mahasiswa Chili, yang dimulai sejak 2011.


Wawancara ini dilakukan pada bulan Oktober 2012, ketika mereka diundang ke Washington DC untuk menerima “Letelier-Moffitt Human Rights Award”. Selama rangkaian kunjungan di New York, mereka bertemu dengan organiser mahasiswa dari Amerika Serikat dan Quebec, serta memberikan ceramah di  Graduate Center, City University of New York(CUNY), di mana pimpinan mahasiswa dari seluruh Amerika membahas soal strategi,taktik, pembangunan organisasi, serta menyimpulkan pelajaran dari tahun-tahun sebelumnya.


Wawancara dilakukan dalam konteks ini.

Sejak wawancara ini,sejumlah perkembangan baru telah terjadi dalam gerakan mahasiswa Chili. Padatahun 2013, Valljo dan tiga pimpinan mahasiswa lainnya, terpilih menjadianggota parlemen Chili, dan mencoba mendorong reformasi sistem pendidikan daridalam kekuasaan, sedangkan peran kepemimpinan dalam organisasi mahasiswa diberikan kepada aktivis muda yang lebih skpetis tentang politik parlementersebut.
Pergeseran politikgerakan mahasiswa Chili, mungkin bisa digambarkan dengan terpilhnya tokohanarko, Melissa Sepilveda, sebagai Presiden Federasi Mahasiswa UniversitasChili (Federacion de Estudiantes de la Universidad de Chile/FECH), jabatan yang sebelumnya dipegang oleh Vallejo, yang juga anggota organisasi Pemuda Komunis.

Perlunya”merebu tkekuasaan” adalah topik yang muncul diakhir wawancara ini, dan merupakan tema yang tidak ditutup-tutupi oleh Vallejo, dimanapun dia berbicara di depan publik. Seperti posisinya saat ini di Parlemen Chili. Dia menyatakan dengan tegas, pemahamannya tentang gerakan sosial dan kekuasaan politik “ Ketika gerakan sosial berpolitik, politik mereka selalu harus bersaing dengan politik kekuasaan yang ada; Jika anda tidak memiliki kekuasaan di tangan anda sendiri untuk mewujudkan gagasan-gagasan politik anda, akan selalu ada orang lain yang berbicara untuk anda.”

Kami masukan wawancara ini, dalam kumpulan tulisan kami tentang sejarah gerakan mahasiswa, yang ditandai dengan momentum penting, bangkitnya gerakan mahasiswa internasional saat-saat ini. Membahas tema-tema besar seperti neoliberalisme, demokrasi perwakilan, horisontalisme, juga tentang struktur pengambilan keputusan dalam gerakan di Chili.

Wawancara juga mengambarkan Vallejo dan Titelman,  dalam situasi yang menarik, karena sedang berada dalam transisi lintasan politik mereka.
Zoltán Glück: Apa hubungan antara gerakan mahasiswa dan ekspresi yang lebih luas dar iperlawanan terhadap neoliberalisme di Chili.Apakah Anda mengatakan bahwa gerakan mahasiswa di Chile adalah sebuah gerakan anti-kapitalis?


Camila Vallejo: Nah, gerakan mahasiswa Chili, saya pikir merupakan bagian dari gerakan sosial secara umum, dan biasanya tidak mendefinisikan diri mereka sebagai antikapitalis dalam slogan-slogan mereka. Meskipun dalam prakteknya, tentu saja, kami berkampanye untuk melawan kapitalisme. Dalam tuntutan kami, ada visi sosial yang menentang sistem kapitalis dan ekpresi neoliberal di Chili. Sebagai contoh, ketika kita mengatakan bahwa Negara harus menjamin hak-hak dasar rakyat, tentu saja ini bertentangan dengan visi kapitalis-neoliberal, dimana hak-hak rakyat diatur oleh pasar. Kami memperjuangkan redistribusi kekayaan;Kami tidak percaya bahwa satu kelompok atau kelas (minoritas) harus mengontrol semua kekayaan, mengontrol semua kekayaan alam, dan seharusnya mereka tidak diijinkan untuk memusatkan seluruh keuangan negara dalam tangan mereka.

Kami percaya harus ada redistribusi kekayaan serta diversifikasi alat-alat produksi, sehingga tidak ditangan elit-elit atau perusahaan transnasional. Kamiberpendapat bahwa model neoliberalisme bertentangan dengan demokrasi, karena kekuasaan hanya terkonsentrasi di tangan segilintir orang Chili, hanya sekitar 4.500 keluarga, sedangkan mayoritas penduduk kalah dan tersingkirkan.

Tapi perjuangan utama kami di Chili, bukan sepenuhnya soal kapitalisme, sebaliknya tuntutan kami adalah mengartikulasikan model pendidikan alternatif dan visi sosial yang sangat berbeda. Saya tidak akan mengatakan bahwa kita memperrjuangkan “sosialisme” secara sederhana dalam bentuk yang ideal, tapi kita pasti bicara soal perluasan demokrasi dan mengambil titik berangkat dari neoliberalisme.

ZG: Saya punya pertanyaan, tentang konsep “horisontalisme” di mana saa aksi tpendudukan wall street, telah menjadi bahasan politik yang penting. Banyak orang yang terinspirasi dari horisontalisme di Argentina, dan bagaimana itu berfungsi dalam majelis lingkungan. Aku bertanya, bagaimana gerakan di Chili bergulat dengan konsep horisontalisme?

CV:itu bagian dari pematangan organik kami sebagai gerakan dan sebagai subyekpolitik, mensyaratkan kami bagaimana menyeimbangkan demokrasi perwakilan dengan bentuk yang lebih partisipatif atau demokrasi langsung. Sepanjang, kami secara konsisten menjaga ruang perdebatan, itu adalah ruan ruang horisontal dalam struktur politik kita. 

Tapi ingat, kita juga harus menjaga bentuk organisasi yang sudah ada, yang lebih terstuktur dan mungkin hirarkis. Saya tidak berpikir, cukup hanya dengan mempertahankan ruang horisontal tanpa struktur berbasis representasi yang lebih besar. Kita berusaha untuk mencapai sintesis. Dan saya pikir, kami telah membuat kemajuan dalam hal mengetahui, bagaimana melengkapi demokrasi perwakilan dengan ruang-ruang demokrasi langsung. Pendekatan ini kurang lebih cukup efektif, dalam menentukan sikap yang diambil gerakan, dan juga cukup efektif dalam hal membangun kepemimpinan, mempertahankan basis dan menghindari hilangnya energi politik. Saya pikir, sangat penting untuk mengingat bahwa horisontalisme (di dalam dirinya sendiri) sering berjuanguntuk mengambil satu kesatuan tindakan, pada setiap langkah yang mungkin bisa kita capai. Tapi kita juga bisa melihat kesatuan tindakan ini dikombinasikandengan perdebatan horisontal, semacam sisntesis yang menghasilkan demokrasi horisontal.

NoamTitelman : Ya, saya berpikir, horisontalisme adalah jalan dua arah. Dan anda harus ingat bahwa itu adalah alat mencapai tujuan dan bukan tujuan itu sendiri. Mengapa? Yah, saya katakan, pertama saya pikir gerakan di Chili tidakmenempatkan penekanan khusus pada proses pengambilan keputusan dan tidak sunguh-sunguh ingin melibatkan semua orang dalam proses ini. Tapi salah satu alasan bahwa gerakan mampu membangun kekuatan tersebut, adalah kemampuannya untuk mengkonsentrasikan kekuatan kolektif secara terorganisir. Artinya, bukan hanya sekedar formalitas saja, atau sekedar memberikan pengalaman berdiskusi tentang banyak hal dengan banyak orang, tapi benar-benar menempatkan mereka dalam tindakan. Dan jelas itu membutuhkan organisasi dalam tingkat tertinggi. Saya pikir berbahaya, mengabaikan lembaga, dan akhirnya mengabaikan organisasi, i tubenar-benar kesalahan besar. Saya pikir bahwa horisontalisme memungkinkan kita untuk memastikan bahwa keputusan dibuat oleh semua orang, tapi dalammenjalankannya, kita perlu organisasi,  sebaliknya kita ditakdirkan berada dalam gerakan yang indah, mulia namun naif dan sangat tidak efisien.

ZG:Apakah secara aktual, konsep horisontalisme muncul dalam wacana, atau dalam pertemuan-pertemuan kalian, atau ide dari mahasiswa dalam serikat..?

NT:Hmm, saya pikir kami memilki konsep yang berbeda---mirip tapi berbeda. Yang biasa disebut “los bases.” Los bases secara harafiah berarti “basis,” fondasi, atau akar rumput. Gagasan ini berarti basis/akar rumput dapat membuat keputusan-keputusan penting. Sebagai contoh, setiap kali pemerintah datang dengan menawarkan hal-hal tertentu, kami sampaikan ke pemerintah, bahwa ini akan memakan waktu bagi kami untuk merespon, karena harus dibahas dulu dibasis/akar rumput. Bentuk ini memang agak rumit.  Kita memiliki CONFECH, yang alih-alih memiliki satu Presiden tunggal, melainkan dijalankan semacam “meja bundar” yang terdiri dari sekitar 10 Presiden Federasi yang berbeda, dengan posisi masing-masing yang setara. Misalnya ada perwakilan dari kami yang bertemu dengan pemerintah, dan pemerintah mengajukan beberapa tawaran, maka harus kembali dulu ke 10 Federasi, yang totalnya bisa mencapai empat puluh federasi. Dan masing-masing federasi mahasiswa ini akan membawa tawaran tersebut ke pusat-pusat mahasiswa di masing-masing universitas—biasanya tiap departemenj uga ada pusat mahasiswanya—Kemudian pusat-pusat mahasiswa ini akan membawanya ke badan pembuat keputusan prinsip, misalnya sidang umum mahasiswa di mana tiap mahasiswa bisa ikut dan memberikan pilihannya.

Atau dengan cara lainnya, masing-masing departemen mempunyai pusat mahasiswanya dan majelis pembuat keputusan. Pada tingkat berikutnya, direktorat masing-masingpusat mahasiswa (misal Presiden, Wakil Presiden, Sekretaris Jendral dll) datang bersama-sama dalam majelis yang lebih besar, di mana mereka dimaksudkan untuk mewakili kehendak dan melaksankan keputusan yang dibuat oleh majelas tingkat departemen yang lebih kecil. Keputusan yang dibuat pada tingkat ini akan dibawa ke Konfederasi, dimana federasi secara bersama-sama akan membuat keputusan.Akhirnya Konfederasi akan memilih sejumlah federasi tertentu (Sekitar 10Presiden) sebagai badan eksekutif (yaitu, sebagai pelaksana kehendak seluruh Konfederasi). Jadi, anda bisa melihat, setelah keputusan diambil di tingkat bawah, dengan berbagai cara kembali ke tingkat konfederasi untuk bertanggung jawab melaksanakan keputusan itu. Tapi tentu saja, ada saat-saat tertentu ketika meja bundar harus membuat keputusan cepat dan juga sangat penting, tapi bukan keputusan mendasar atau prinsipil.

Biar bagaimanapun, saya pikir, kami telah banyak belajar. Tentu saja, kami memiliki banyak pengalaman di masa lalu dengan gerakan sosial—ini bukan pertamakalinya kami memiliki rally massa dalam jumlah besar atau pemogokan besar. Tapi pada tingkat operasional, saya pikir kami telah belajar bagaimana membuatnya menjad lebih efisien dan bagaimana mengerjakan apa yang hendak kami kerjakan, sementara pada saat yang bersamaan tidak membiarkan hal yang paling penting dari pergerakan menjadi samar, yaitu basis yang menjadi pondasi kami.

ZG: Saya ingin mengajukan pertanyaan, bagaimana gerakan secara umum di Chili telah dipengaruhi oleh gerakan mahasiswa. Dalam beberapa hal saya berpikir bahwa situasi disini, di Amerika Serikat memiliki kesamaan penting dengan situasi di Chili ,bahwa privatisasi pendidikan secara umum terjadi juga, dan gagasan bahwa pendidikan sebagai komoditas nampaknya sudah tertanam dalam akal sehat budaya kita. Aku bertanya-tanya bagaimana anda mampu melawan ide ini—pendidikan sebagai komoditas, dan membangun kesadaran di mahasiswa sebuah konsep yang lebih radikal tentang apa itu pendidikan yang sebenarnya dan bagaimana itu bisa diwujudkan..?

NT:Itu pertanyaan yang sangat bagus. Maksudku, kita bisa mulai dengan bertanya; bagaimana pemogokan mahasiswa dapat mempengaruhi apapun selain mahasiswa itu sendiri..? Ini tidak seperti pemogokan buruh, dimana sudah jelas pemilik perusahaan akan terpengaruh jika ada pemogokan. Saya berpikir bahwa pemogokan mahasiswa adalah cara yang sangat efektif untuk menyampaikan pesan. Dan efektifitas pemogokan tergantung pada efektifitas pesan. Saya pikir perjuanganbesar (dan masih merupakan perjuangan besar) adalah merubah apa yang diambil dari akal sehat masyarakat kita. Dan itu dilakukan dengan kontrol media. Saya pikir media membuatnya menjadi sangat sulit untuk merubah akal sehat.Tapi ada cara untuk mengatasi hal-hal tersebut. Sebagai contoh, apa yang benar-benar membantu gerakan menjadi gerakan massa adalah kreativitas dalam cara kita mengumpulkan dan memobilisasi.

Menggunakan cara-cara sepert Flash Mobs, “Thiler” sandiwara lucu tentang pendidikan dan rally massa zombie, penggunaan instalasi” bunuh diri” yang massif dan bentuk-bentuk kreativitas lainnya, selama satu tahun belakangan ini, termasukmelakukan aksi lari 1.800 lap, di seiktar Kantor Presiden (sebagai simbol 1.800 juta peso yang dibutuhkan untuk biaya pendidikan).

Dan semua tindakan tersebut memberikan kontribusi, sedikit banyak untuk menyampaikan pesan dengan lebih efektif, termasuk melalui media massa, dan sebagian dengan menunjukan langsung bahwa ini adalah hal-hal yang dekat dengan rakyat. Ini bukan bagian dari gerakan pinggiran atau gerakan radikal, tapi ini hanya orang biasa yang menuntut hak yang wajar, bahwa mereka seharusnya memiliki hak itu secara bersama.

ZG: Bagaimana dengan pertanyaan, mengenai isu hutang dalam dinamika gerakan mahasiswa..?


NT:Saya pikir itu penting, terutama di awal, karena masalah isu utang memungkinkan gerakan lebih dari sekedar politik yang beroirentasi pada mahasiswa saja, dan berkembang menjadi gerakan masyarakat sipil yang lebih luas. Ini menjadi gerakan bagi masyarakat luas, karena orang-orang saling terkait dengan isu utang. Masyarkat di Chili banyak yang tenggelam dalam utang, dan terutama pada tahun-tahun terkahir, dimana sebagian besar pertumbuhan ekonomi karena utang.

Utang yang saya maksudkan di sin adalah utang dalam berbagai bentuk : karena privatisasi berjalan dengan kuat, tidak hanya di sektor pendidikan saja,melainkan juga di kesehatan, perumahan, sistem pensiun hari tua dll, dan akhirnya, semua orang harus berhutang untuk dapat bertahan hidup.

Jadi,ketika gerakan mahasiswa datang, masyarakat merasa bahwa isu hutang terkait dengan masalah mereka semua. Itulah yang membuat lebih banyak orang yang memperhatikan dan membantu mengubah gerakan menjadi lebih besar dari sekedar gerakan massa.

ZG:Apa makna solidaritas bagi anda..? Bagaimana anda melihat pejuangan kita saling terkait, dan bagaimana kita sebagai aktivis mahasiswa di New York berdiri dalams olidaritas dengan mahasiswa Chili?


CV:Pertama-tama, kita harus menyadari bahwa neoliberalisme, bahwa kapitalisme itu adalah sistem yang global. Efeknya tidak hanya terbatas pada satu negara saja, melainkan dampaknya ke seluruh dunia  dan hanya beberapa negara yang berhasil melawan agenda neoliberal. Ini adalah kondisi umum yang mempengaruhi hidup kita semua, yang membatasi hak-hak dasar kita, pekerjaan kita, energi vital yang kita butuhkan, sumber daya alam kita dan dengan demikian menciptakan ketimpangan yang besar dan menghasilkan akumulasi kekuatan ekonomi hanya ditangan beberapa orang. 

Jadi, ketika anda melihat ke dalam gerakan, itu terkait dengan pemahaman atas stuasi umum dan situasi khusus yang mereka hadapi. Chilia dalah khusus, tetapi ada hal-hal yang kita perjuangan (adalah dan untuk) memilki dimensi global dan umum.
Neoliberalismeadalah sistem global dan untuk alasan itu ,kami akan selalu melakukan banya kperlawanan, dan bukan hanya secara lokal, namun juga pada skala global. Jadi, dalam hal ini, solidaritas mempunyai arti yang sangat penting, tetapi bukan jenis solidaritas yang hanya sebatas deklarasi dukungan, bukan itu, tapi solidaritas yang berusaha menciptakan ruang yang lebih luas, untuk perjuangan kolektif dan organisasi dalam jangka panjang.

Karena jika anda tidak sampai pada persoalan yang mendasar, dan hanya memproduksi tetstimoni dukungan ketika mobilisasi sudah terjadi—walupun itu juga baik, tetapi pengorganisiran tidak akan bertahan dalam jangka panjang.

Kita juga harus mampu mengelaborasi dan merumuskan formula alternatif dari apa yang kita kritik. Jika kita sekedar marah, saya pikir itu tidak memadai buat kita. Dimana kemarahan adalah langkah pertama, langkah selanjutnya adalah mengambil tindakan, dan untuk mengambil tindakan, anda harus punya rencana. Solusi yang diusulkan haruslah solusi yang efektif dan solusi itu bisa diwujudkan. Dan agar solusi itu bisa terwujud, tidak cukup dengan berbaris dan menunjukan dijalan-jalan. Saya percaya bahwa solusi yang diusulkan, haruslah mendapatkan dukungan yang luas dalam masyarakat kita secara terorganisir dan terartikulasikan dalam ruang kekuasaan.

Ketika gerakan sosial berpolitik, politik mereka akan selalu harus bersaing dengankekuasaan yang ada; Jika anda tidak punya kekuasaan untuk mewujudkan gagasan anda, maka akan selalu ada orang lain yang berbicara untuk anda.

Dan ini adalah sesuatu, dimana gerakan belum menyelesaikannya. Kita telah menggugat tatanan yang mapan ini, menyimpulkan kelas yang dominan secara tepat dll, tapi pada akhirnya, jika kita tidak dapat mengambil kekuasaan, kita akan kehilangan perspektif dan menjadi kecewa, dan ini yang membuat gerakan kemudian bubar, hilang, dan mungkin setelah sepuluh tahun, baru bangkit kembali.

Saya sungguh-sungguh berpikir, bahwa kita tidak boleh membiarkan hal ini terjadi. Dan di sini, dalam “Solidaritas Internasional,” apa yang harus kita lakukan adalah mengatakan kepada diri kita sendiri “ Dengarkan, kita telah mengidentfikasi masalah, tapi sekarang saatnya kita harus bertanggung jawab untuk mencari solusi dan secara aktif mulai membangun alternatif untuk negara kita, dan sembari membangun perlawanan untuk perpektiv global” Ini berarti mempunyai dampak di ruang institusional.

ZoltanGluck adalah mahasiswa doktoral, di Departemen Antroplogi CUNY Graduate Center.