Sabtu, 02 Mei 2015

GNP TUNTUT PENDIDIKAN GRATIS, DEMOKRATIS, ILMIAH DAN BERKARAKTER KERAKYATAN


Sabtu, 02 Mei 2015, sekitar pukul 13.30, sekitar 500an mahasiswa dari berbagai kampus dan organisasi mahasiswa di Yogyakarta membanjiri sepanjang jalan Malioboro. Hari ini, bertepatan dengan peringatan Hari Pendidikan Nasional atau Hardiknas, massa yang menamakan diri Gerakan Nasional Pendidikan (GNP) menuntut pendidikan gratis, ilmiah, demokratis dan berkarakter kerakyatan. Cakrawala Mahasiswa Yogyakarta adalah salah satu gerakan mahasiswa yang terlibat dalam GNP.

Menurut Adely Laode koordinator Cakrawala mengatakan bahwa paska Indonesia ikut menanda-tangani program WTO yaitu General Adjusment on Trade in Service (GATS), pendidikan langsung di lempar ke pasar sebagai salah satu komoditi dari industri jasa oleh pemerintah Indonesia. Sehingga pria dengan lesung pipi yang tak kentara itu menegaskan bahwa pendidikan mahal  tak terelakkan karena negara adalah boneka WTO.

Apa yang dikatakan Adely, tidak jauh berbeda seperti apa yang dikatakan oleh Barces Kabuseng. Pria berparas manis asal negeri Nikel, Halmahera, saat dimintai pendapat menuturkan bahwa Indonesia tidak punya syarat menjadi negeri dengan biaya pendidikan yang mahal. Pasalnya, negeri ini kaya dengan sumber daya alam. Tentu saja, jika SDA dikuasai dan dikelola oleh rakyat maka bukan saja pendidikan yang gratis tapi seluruh hajat hidup rakyat Indonesia akan terpenuhi.

Namun menurutnya, pendidikan gratis saja tidak cukup. Sebab saat ini di Indonesia, praktek anti demokrasi di kampus semakin nyata dilakukan oleh pihak kampus. Pemutaran film Senyap, film Samin VS Semen, diskusi-diskusi sejarah, LGBT, dll, dilarang keras di kampus. Mahasiswa harus berjuang kuat untuk itu. Makanya, yang dituntut pendidikan gratis, demokratis, ilmuah dan berkarakter kerakyatan. Tutupnya langsung berlalu masuk ke barisan massa aksi. Terlihat warna-warni bendera organisasi menambah menarik aksi siang menjelang sore ini. Tulisan di poster-poster menegaskan tuntutan – tuntutan GNP secara bersama, misalnya: Cabut UU no 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas dan Uuno 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi serta beberapa regulasi pendidikan yang dianggap memberikan legitimasi pada swastanisasi dunia pendidikan.

Pukul 18.15, GNP membubarkan diri dengan tertib. “Ini bulan Mei. Bulan perlawanan rakyat Indonesia. Saya kira kawan – kawan GNP sudah menyepakati bahwa front ini tidak akan berhenti hanya pada tanggal 02 Mei saja. Tapi akan ada kelanjutannya” tutup Adely.


Oke, kita tunggu aksi selanjutnya. Semangat terus ya, kawan. Semoga ada perubahan di dunia pendidikan. Bersatulah gerakan mahasiswa. J (Tinta Merah)