Selasa, 12 Mei 2015

Peringati Trisakti, Mahasiswa Jogja Tuntut Pendidikan Gratis!



Cakrawala Mahasiswa Yogyakarta hari ini (12/05) memperingati tragedi Trisakti yang terjadi 17 tahun yang lalu, tepatnya pada tahun 1998 saat mahasiswa dan rakyat hendak menggulingkan rezim otoriter Soehart. Peristiwa ini menyebabkan beberapa mahasiswa Trisakti meninggal karena ditembaki aparat militer. Peringatan ini digelar dalam bentuk aksi massa di kampus UIN dan pertigaaan UIN Sunan Kalijaga. Aksi yang digelar kali ini, Cakrawala beraliansi dengan kawan-kawan organisasi mahasiswa diantaranya FAM-J, PMII, FMPR, SMI, Perempuan Mahardhika dan LMND dengan nama aliansi Refleksi Tragedi Trisakti.

Aksi yang di mulai pukul 14.00 mengangkat tema “Tolak Kapitalisasi Pendidikan, Bangun Persatuan Mahasiswa Berkarakter Kerakyatan”. Menurut koordinator lapangan kawan Ali Akbar Muhammad, isu yang diangkat soal pendidikan di Indonesia. Menurutnya pendidikan di Indonesia sangat mahal dan tidak dapat diakses oleh rakyat miskin.  “Saat ini pendidikan telah dilempar ke pasar, salah satu bentuknya adalah Uang Kuliah Tunggal (UKT), inilah bukti nyata negara melepaskan tanggungjawabnya dalam pembiayaan pendidikan” kata kawan yang sering dipanggil Ali ini. 


Kawan Elzak, dari FAM-J juga menyampaikan kritik tentang pendidikan. Menurutnya, Permendikbud no 49 tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi yang mengatur maksimal kuliah mahasiswa 5 tahun kuliah harus dicabut. Ia menegaskan ini adalah salah satu cara mendepolitisasi gerak sosial mahasiswa serta hanya menempatkan mahasiswa jauh dari isu-su kerakyatan. “Ini pembodohan nyata. Kita (baca: mahasiswa) sudah seperti robot. Demi akreditasi kampus, kita dikorbankan” tandasnya.

Ali juga menuturkan, semenjak Indonesia menyepakati program IMF General Agreement on Trade in Service (GATS), sistem pendidikan mulai diliberalisasi. Dampaknya, orang miskin dilarang sekolah. Deregulasi pendidikan makin menjadi-jadi. “Aturan pendidikan seperti UU no 20 tahun 2003 tentang sisdiknas, UU Perguruan Tinggi no 12 tahun 2012 serta turunannnya dalam bentuk permendibud seharusnya gugur demi hukum karena bertentangan dengan hirarki perundang-undangan, hanya saja demi modal aturan itu terus berjalan” tambahnya.

Saat ditanya apa yang harus dilakukan mahasiswa dan rakyat, Ali dengan tegas menyampaikan “Mahasiswa sudah saatnya tidak diam apalagi hanya sibuk ditunggangi isu-isu elit. Mari bangkit, bangun persatuan mahasiswa kerakyatan lawan komersialisasi dunia pendidikan. Bukan hal ilusi mewujudkan pendidikan gratis, ilmiah, demokratis dan bervisi kerakyatan”. Tutup ali.

Sementara itu, massa terus meneriakkan yel-yel ‘education not for sale, we are student not customer’. Aksi berjalan damai. Beberapa warga yang menonton aksi saat dimintai pendapat soal aksi yang digelar ini mengatakan mendukung aksi mahasiswa tersebut. “Saya sangat setuju (mendukung). Saya punya 4 anak dan sangat merasakan susahnya cari duit buat sekolah mereka” kata pak Pri yang kebetulan lewat di pertigaan UIN. (Bentang Cakrawala)