Cakrawala Mahasiswa Yogyakarta
hari ini (12/05) memperingati tragedi Trisakti yang terjadi 17 tahun yang lalu,
tepatnya pada tahun 1998 saat mahasiswa dan rakyat hendak menggulingkan rezim otoriter
Soehart. Peristiwa ini menyebabkan beberapa mahasiswa Trisakti meninggal karena
ditembaki aparat militer. Peringatan ini digelar dalam bentuk aksi massa di
kampus UIN dan pertigaaan UIN Sunan Kalijaga. Aksi yang digelar kali ini,
Cakrawala beraliansi dengan kawan-kawan organisasi mahasiswa diantaranya FAM-J,
PMII, FMPR, SMI, Perempuan Mahardhika dan LMND dengan nama aliansi Refleksi
Tragedi Trisakti.
Aksi yang di mulai pukul 14.00
mengangkat tema “Tolak Kapitalisasi Pendidikan, Bangun Persatuan Mahasiswa
Berkarakter Kerakyatan”. Menurut koordinator lapangan kawan Ali Akbar Muhammad,
isu yang diangkat soal pendidikan di Indonesia. Menurutnya pendidikan di
Indonesia sangat mahal dan tidak dapat diakses oleh rakyat miskin. “Saat ini pendidikan telah dilempar ke pasar,
salah satu bentuknya adalah Uang Kuliah Tunggal (UKT), inilah bukti nyata
negara melepaskan tanggungjawabnya dalam pembiayaan pendidikan” kata kawan yang
sering dipanggil Ali ini.
Kawan Elzak, dari FAM-J juga
menyampaikan kritik tentang pendidikan. Menurutnya, Permendikbud no 49 tahun
2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi yang mengatur maksimal kuliah
mahasiswa 5 tahun kuliah harus dicabut. Ia menegaskan ini adalah salah satu
cara mendepolitisasi gerak sosial mahasiswa serta hanya menempatkan mahasiswa
jauh dari isu-su kerakyatan. “Ini pembodohan nyata. Kita (baca: mahasiswa)
sudah seperti robot. Demi akreditasi kampus, kita dikorbankan” tandasnya.
Ali juga menuturkan, semenjak
Indonesia menyepakati program IMF General Agreement on Trade in Service (GATS),
sistem pendidikan mulai diliberalisasi. Dampaknya, orang miskin dilarang
sekolah. Deregulasi pendidikan makin menjadi-jadi. “Aturan pendidikan seperti
UU no 20 tahun 2003 tentang sisdiknas, UU Perguruan Tinggi no 12 tahun 2012
serta turunannnya dalam bentuk permendibud seharusnya gugur demi hukum karena
bertentangan dengan hirarki perundang-undangan, hanya saja demi modal aturan
itu terus berjalan” tambahnya.
Saat ditanya apa yang harus
dilakukan mahasiswa dan rakyat, Ali dengan tegas menyampaikan “Mahasiswa sudah
saatnya tidak diam apalagi hanya sibuk ditunggangi isu-isu elit. Mari bangkit,
bangun persatuan mahasiswa kerakyatan lawan komersialisasi dunia pendidikan. Bukan
hal ilusi mewujudkan pendidikan gratis, ilmiah, demokratis dan bervisi
kerakyatan”. Tutup ali.
Sementara itu, massa terus
meneriakkan yel-yel ‘education not for sale, we are student not customer’. Aksi
berjalan damai. Beberapa warga yang menonton aksi saat dimintai pendapat soal
aksi yang digelar ini mengatakan mendukung aksi mahasiswa tersebut. “Saya
sangat setuju (mendukung). Saya punya 4 anak dan sangat merasakan susahnya cari
duit buat sekolah mereka” kata pak Pri yang kebetulan lewat di pertigaan UIN. (Bentang Cakrawala)